Pekan Asi Bersama Anmum

7:14 PM cruisin with charissa 3 Comments



  Seandainya bisa membalikan waktu ke waktu sebelum Kinanti lahir, saya mungkin akan meminta waktu untuk lebih banyak untuk belajar tentang menyusui. Jujur, sewaktu hamil saya tidak terlalu pusing sama yang namanya urusan menyusui. Saya lebih banyak konsentrasi belajar tentang bagaimana proses melahirkan, memandikan bayi, siap-siap barang-barang newborn, senam hamil sampai full konsentrasi tentang kesehatan janin. Tapi, ternyata..tantangan yang lebih bikin sangat emosional adalah perjalanan tentang menyusui.

  Sewaktu teman-teman dan keluarga datang menjenguk saya setelah lahiran, mereka bilang “The real reality life soal punya bayi, baru akan dimulai setelah pulang dari rumah sakit”. Ya iya, emang bener banget! Gak ada bantuan suster dan tentunya say goodbye to sleep and me time. Hahhaha. Terdengar horror banget? Bukan horror banget sih, tapi tepatnya drama! Jadi, berhubung saya melahirkan secara caesar, memang proses penyembuhannya yang take times. Belajar jalan, belajar duduk, belajar mandi, dan ditambah harus belajar menyusui ketika badan saya sendiri masih loyo banget. Awalnya saya masih santai ketika proses IMD, ada salah satu suster yang bilang “bu..nipplenya datar ya…”. Saya pikir itu masalah kecil. Namun, ternyata pas diwaktu berikutnya saya menyusui, saya melihat Kinanti cukup sulit untuk pelekatan. Sampai akhirnya tiap mau menyusui selalu ada suster yang nemenin saya. Kemudian, di hari kedua, payudara saya berasa bengkak dan sakit sekali, ternyata saya baru tahu kalau ASI saya mulai berproduksi tapi gak dikeluarkan. Baru deh disitu saya terbuka matanya, seandainya saya sebelum melahirkan ikutan kelas laktaksi. Penting banget!



  Ada yang bilang, anak perempuan itu biasanya santai untuk urusan menyusui. Ternyata gak berlaku tuh buat Kinanti, dia kuat banget nyusu-nya. Nah, selain urusan nipple datar, produksi ASI pun susah untuk keluar. Segala macem jenis brand pompa ASI udah saya coba, tapi gak ada yang berhasil. Sampai akhirnya saya diajari salah satu bidan di RSIA Asih untuk menggunakan teknik perah dengan tangan saya sendiri. Bahagia banget rasanya bisa ngeliat ASI bisa keluar dan ditampung.

  Semua drama menyusui ini memang jadi journey yang rollercoaster banget. Beruntungnya saya punya suami, Grandy yang sangat support banget setiap saya lagi drama. Bahkan, Grandy juga banyak sharing ke saya tentang pengetahuan seputar ASI yang rajin dia browsing-browsing.  Selain itu adanya dukungan juga dari orangtua dan juga teman-teman terdekat yang akhirnya menguatkan saya. Tapi yah…yang namanya ibu baru, selalu ada orang-orang yang judgmental banget terhadap kita. “Kok anaknya udah dikasih botol?”, “Kok nangis mulu sih anaknya! Susunya gak bagus ya?”. Rasanya pengen dipites banget ya orang-orang itu hahaha.. (coba yang pernah diginiin angkat tangannya!!hahaha)



  Cerita drama menyusui dengan ASI ini memang gak cuma dialamin saya. Bahkan menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017 mencatat ASI eksklusif di Indonesia hanya sekitar 35 persen, di bawah rekomendasi WHO sebesar 50 persen. Di tengah tantangan menyusui, menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia merekomendasikan dukungan kuat dari orang sekitar (support system) bagi ibu menyusui sebagai hal yang penting dalam suksesnya ASI eksklusif.



  Dalam pekan ASI sedunia yang diadakan dari tanggal 1-8 Agustus, saya sempat menghadiri event Anmum #MumToMum . Pada moment ini, Anmum meluncurkan digital platform Anmum Mum To Mum. Disini, bisa menjadi sarana buat ibu-ibu saling berbagi pengalaman, bertanya,berdiskusi berbagai topik. Mulai dari topik kehamilan sampai melahirkan. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, mempunyai teman berbagi disaat menyusui itu bisa mengurangi drama emosional lho (ya ga?)



  Kalau menurut, Ines Yumahana Gulardi, MSc., Senior Nutrition Manager, PT Fonterra Brands Indonesia, “Ibu membutuhkan dukungan emosional dan psikologis selama masa kehamilan karena mereka perlu menyediakan nutrisi terbaik bagi bayi mereka di setiap tahap kehidupan. Oleh karena itu, informasi yang diterima para ibu saat masa perencanaan kehamilan, kehamilan, dan menyusui memiliki peran penting dalam menentukan perkembangan bayi keseluruhan sejak berada dalam kandungan hingga pertumbuhan masa kanak-kanak, yang di kemudian hari dapat mempengaruhi kesehatan mereka saat mencapai dewasa.”

Pijat Oksitosin, jadi salah satu cara untuk memperlancar ASI

  Selain dihadiri baik oleh Rohini Behl, Technical Marketing Advisor, PT Fonterra Brands Indonesia, dan DR. Dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan di RSAB Harapan Kita, di event ini saya juga bertemu dengan Rinni Wulandari. Terakhir bertemu dengannya, saat kita berdua masih belum menikah, sama-sama belum punya anak, dan masih ngobrolin soal music pastinya hihi. Nah, ketika Rinni, bercerita tentang journey menyusui Nord, dalam hati saya berkata “Kok sama banget sih cerita kita!”. Sama-sama perah pake tangan, sama-sama drama soal berat badan anak dan lainnya. Alhasil begitu ketemu saya langsung menyapa “Rinniiiii!! Kok kita sama sihhhhhhhhhh!”


Diambil dari camera HP dan blur hahaha

  Ya, saya sendiri sampai saat ini masih berjuang dalam proses menyusui. Tapi, sudah tidak se-stress waktu bulan-bulan awal. Karena tiap hari adalah proses pembelajaran buat saya sebagai ibu baru. Kalau mulai spaneng, tinggal ajak ngobrol Grandy, ktawa-ktawa bareng sama Kinanti, sharing sama teman-teman terdekat saya dan makan tentunya.

Bareng Cacadong, salah satu sahabat saya yang juga jadi support system

 Selamat pekan ASI untuk ibu-ibu sekalian. Tetap semangat berjuang. Silahkan klik ke www.anmum.co.id atau Facebook Anmum Indonesia, untuk bergabung dengan ibu-ibu lainnya di platform digital Anmum #MumToMum . Jangan pendam sendiri pertanyaan-pertanyaan yang bikin kamu bingung sendirian, ada banyak ibu-ibu di luar sana yang punya cerita sama kaya kamu. Yuk sharing dan saling mendukung!





3 comments:

Kisah Kinanti

10:13 AM cruisin with charissa 5 Comments



Setelah hampir 4 bulan, akhirnya punya waktu untuk duduk dan kembali menulis. Kali ini akan bercerita tentang hadirnya Bing Kinanti Abigail di hidup saya dan Grandy, yang lahir pada tanggal 6 April 2016.

Kinanti hadir ke dunia ini melalui proses caesar setelah 40 minggu di tunggu-tunggu gak kunjung menunjukan tanda-tanda kontraksi dan pembukaan. Kinanti memang membuat kami menanti-nanti kehadirannya. Karena tepat seminggu saya menghabiskan waktu saya menginap di Rumah Sakit Ibu Anak Asih, Panglima Polim hanya untuk merayunya keluar supaya bisa segera bertemu dengan bapak dan ibunya. Waktu yang cukup lama kan….haha.

Saya masih ingat, check up terakhir saya itu di hari Senin, dari hasil USG dan CTG, Dokter Benny bilang ke saya dan Grandy kalau minggu ini sudah saatnya saya harus bersalin. Kalau bisa hari itu juga saya masuk ke RS untuk melakukan proses induksi melalui oral sebelum di induksi melalui infus. Tentu saja hal ini bikin saya dan Grandy jadi galau, karena gak ada kepastian juga kapan tepatnya Kinanti akan lahir. Bisa saja besok,bisa tiga hari lagi atau mungkin saja malam itu. Dengan catatan, pastinya harus ada kontraksi dan pembukaan. Masalahnya, sampai detik itu, saya belum ngerasa tuh yang namanya pembukaan, kontraksi atau pecah ketuban.Bener-bener bikin galau.

Singkat cerita, esokkan harinya saya check in di RSIA Asih untuk memulai proses induksi. Tapi, lagi-lagi setiap CTG gak ada tuh tanda-tanda kontraksi yang heboh. Malah saya asik aja nonton dan jalan-jalan keliling-keliling rumah sakit (sampe bosen banget! Hahah). Lalu pada hari ke tiga saya nginep di RS, hasilnya masih tetep sama. Gak ada pembukaan! Sampe-sampe suster dan bidan yang ngecek saya tiap hari juga gregetan gemes dan full support banget buat saya untuk bersabar dan tetap semangat. Kemudian di hari ke empat, setelah diskusi dengan Grandy, kita memutuskan untuk caesar aja deh. Daripada uang yang dikeluarin makin banyak karena kelamaan nginep dan sebagainya.

Ternyata, begitu kita mantap untuk caesar, Dokter Benny tetep semangatin saya kalau bisa tetap normal. Karena kondisi saya masih ok banget buat lahir normal. Meski air ketuban mulai berkurang. Tapi, akhirnya, diambil jalan tengah kalau malam itu saya harus mencoba induksi 1 botol infus untuk mencoba persalinan normal. Kalau sama sekali tidak ada pembukaan dan kontraksi, berarti esok paginya baru operasi. Well, ternyata Kinanti lebih memilih lewat “jalan tol” dibanding lahir secara normal, karena ketika di induksi infus masih aja tu saya bisa ketawa-ketawa dan jalan sana sini.




Keesokan harinya, ketika masuk ruang operasi, saya masih aja asik ngobrol dengan tim Dokter Benny. Ternyata, ada papanya teman saya yang juga menjadi bagian dari tim operasi. Semuanya jadi nyaman saja buat dijalani. Terlebih-lebih ketika di suntik tulang punggung ternyata saya gak ngerasa kesakitan. Fiuh! Padahal banyak yang bilang, itu part awal yang sakit ketika caesar. Tak berapa lama, yang dinanti-nanti, suara tangisan Kinanti terdengar dan Dokter Benny langsung mengajak Grandy untuk melihat anak perempuan kami.



Perasaan saya sungguh campur aduk ketika mencium pipi Kinanti untuk pertama kali dan menyapanya “akhirnya kita bertemu”. Puji Tuhan, Kinanti dilahirkan sehat. Pipinya yang kemerahan dan gembil membuat saya dan Grandy tersenyum tanpa henti melihatnya.


Bing Kinanti Abigail.

Nama Bing diambil dari tradisi papa mertua saya, yang diturunkan kepada anak-anaknya yang semuanya mempunyai nama depan “Bing”. Sama seperti Grandy yang nama depannya juga ada nama Bing.

Nama Kinanti sudah dipilih bahkan sebelum saya mengandung. Sebelum hamil saya selalu bilang sama Grandy, kalau punya anak perempuan, saya mau menamakannya Kinanti. Namanya terdengar klasik dan Indonesia banget. Nama ini juga biasa digunakan oleh orang Jawa Tengah dan Sunda, sesuai dengan keturunan keluarga saya. Untuk artinya sendiri juga sangat manis menurut kami. Arti pertama yaitu “Tembang atau puisi tentang cinta” dan arti kedua “yang dinanti-nanti”. Ya kehadiran Kinanti memang dinanti oleh kami semua.

Nama Abigail menjadi nama terakhir yang kami pilih di bulan-bulan terakhir menuju saya lahiran. Memang susah mencari nama belakang ini. Nama Abigail dipilih sama Grandy. Waktu itu dia whatsapp saya ditengah kemacetan menuju ke kantornya. Kata Grandy “Abigail aja gimana? Cocok, nyambung dan terdengar enak kalau dipadukan dengan nama depan dan tengahnya.” . Saya pun membalasnya “Nama Abigail salah satu rekomendasi juga tu dari mama kamu.” Artinya sendiripun juga bagus. Diambil dari Alkitab dan bercerita tentang seorang perempuan yang kuat dan selain itu juga berarti kebahagian dari seorang bapak.



Melalui nama Bing Kinanti Abigail, doa kami sebagai orang tua, berharap bila nanti Kinanti besar, ia bisa menjadi perempuan yang penuh cinta, kuat dan bisa memberikan kebahagiaan.

Well, inilah kisah lahiran Kinanti, masih banyak cerita seru lainnya tentang kehidupan kami sebagai bapak dan ibu. Nantikan #KisahKinanti lainnya yah…



5 comments: